Detail
Dibuat: 17 Oktober
2014 Ditulis oleh yanto
Apakah
menjadi pelupa dan penuaan "saat lebih tua " adalah bagian yang tak terelakkan?
Banyak ahli medis mengatakan ,mulai mengalami kehilangan memori pada saat Anda
mencapai usia pertengahan itu adalah sangat normal.
Pada kenyataan, jika Anda menyadari
kehilangan ingatan, mungkin Anda segera dengan serius akan memertimbangkan
untuk membuat beberapa perubahan gaya hidup, untuk membantu mengurangi atau
setidaknya meminimalkan kerusakan lebih lanjut yang mungkin menyebabkan
demensia atau penyakit Alzheimer.
Untungnya, otak Anda sebenarnya
cukup tangguh, dan memiliki kapasitas untuk meregenerasi dan memperbaiki diri,
yang dalam istilah medis disebut neuroplastisitas. Ini adalah informasi baru
dan bukan apa yang diajarkan di sekolah kedokteran pada akhir tahun 80-an. Anda akan menemukan bahwa banyak
perubahan gaya hidup yang akan membantu Anda mencegah diabetes juga akan
meningkatkan fungsi otak Anda. Ada alasan bagus untuk ini, karena gula dapat
memiliki efek buruk pada memori walaupun Anda sehat.
Sejumlah penelitian juga membuktikan
peningkatan kekuatan dari berolahraga untuk menjaga pikiran Anda menjadi tajam.
Faktor lain yang dapat memiliki dampak yang signifikan pada fungsi otak Anda
meliputi faktor gaya hidup seperti stres dan kebiasaan tidur yang buruk.
Satu bagian dari otak Anda
yang tampaknya akan terlindungi dari penuaan
Menariknya, penelitian terbaru
menunjukkan bahwa sistem kognitif tertentu yang terletak di belahan otak kanan,
secara misterius tampaknya terlindungi dari kerusakan akibat penuaan.
Memahami mengapa pada daerah otak
tertentu lebih terlindungi daripada yang lain sehingga pada akhirnya
menyebabkan pemahaman yang lebih besar terhadap penyakit degeneratif otak
seperti Alzheimer. Konon, tidak perlu menunggu keajaiban medis. Anda sudah
memiliki kekuatan untuk meningkatkan memori Anda dan fungsi otak lainnya.
Pengaruh stres
Ketika membahas fungsi otak, stres
merupakan faktor penting yang dapat memiliki efek yang langsung. Sebagai
contoh, dalam satu studi hewan baru-baru ini telah menemukan bahwa tingkat yang
lebih tinggi dari hormon stres dapat mempercepat kehilangan memori jangka
pendek pada orang dewasa yang lebih tua.
Singkatnya, hormon stres kortisol
yang memiliki efek korosif, dari waktu ke waktu , di pakai untuk menurunkan
sinapsis yang bertanggungjawab sebagai penyimpanan memori dan pengolahan.
Penelitian sebelumnya juga telah mengaitkan stres kronis yang menjadi gangguan
pada cara kerja dari memori.
Penelitian terbaru lainnya
menunjukkan bahwa stres bahkan dapat mempercepat timbulnya demensia lebih
serius yang dikenal sebagai penyakit Alzheimer, yang saat ini menimpa sekitar
5,4 juta orang Amerika, termasuk satu dari delapan orang berusia 65 tahun ke
atas.
Tidak mungkin untuk menghilangkan
semua stres dari hidup Anda. Terdapat alat yang dapat Anda gunakan untuk
memungkinkan tubuh Anda secara efektif mengimbangi hubungan arus pendek
bioelektrik yang terjadi ketika Anda sedang stres atau cemas. Alat favorit saya untuk menangani
stres adalah Emotional Freedom Technique (EFT). Ini adalah alat psikologi
energi yang dapat membantu memprogram ulang reaksi tubuh Anda terhadap stres
sehari-hari, sehingga mengurangi kesempatan untuk perkembangan efek kesehatan
yang merugikan Anda.
Kurang tidur dapat
mengecilkan otak Anda dan menyebabkan degenerasi pada syaraf
Stres dan kurang tidur sering berjalan
beriringan, dan seperti stres, kurang tidur restoratif juga dapat mendatangkan
malapetaka pada fungsi otak Anda. Itu benar-benar dapat menyebabkan hilangnya
volume otak, dan dapat mempercepat timbulnya penyakit Alzheimer.
Bagian dari alasan ini terkait
dengan fakta bahwa saat tidur otak Anda dapat menghilangkan limbah beracun.
Tidur juga diperlukan untuk menjaga homeostasis metabolisme di otak Anda, tanpa
tidur yang cukup maka neuron Anda akan benar-benar mulai merosot.
Sayangnya, penelitian menunjukkan
bahwa Anda tidak dapat mencegah kerusakan ini dengan mencoba untuk mengganti
tidur yang terhutang selama akhir pekan. Jadi penting untuk menjaga jadwal
tidur yang teratur dimana Anda mendapatkan tidur yang cukup pada setiap
malamnya.
Penelitian terbaru yang diterbitkan
dalam jurnal Neurology menunjukkan bahwa masalah tidur seperti insomnia dapat
memiliki dampak yang berbeda pada volume otak Anda dari waktu ke waktu.
Menyebabkan volume otak menyusut-dan menyusut lebih cepat, dibandingkan dengan
mereka yang tidur dengan baik. Efek ini sangat signifikan pada mereka yang
berusia lebih dari 60 tahun.
Pentingnya berolahraga
Ada hubungan kuat antara olahraga
dan kesehatan otak. Baru-baru ini, para peneliti di University of Minnesota, AS
telah menyimpulkan bahwa orang yang memiliki kebugaran pada jantung dan
pernafasan saat usia remaja dan usia 20-an mempunyai nilai angka lebih baik
pada tes kognitif di pertengahan usia 40-an dan usia 50-an.
Mereka yang bugar pada masa awal
dewasanya juga mencatat angka yang lebih baik pada tes yang dirancang untuk
menilai kecepatan reaksi dan kelincahan mental yang dibutuhkan untuk menjawab
pertanyaan.
Obesitas dikaitkan dengan penurunan
kognitif dimana sebagian dikarenakan meningkatnya inflamasi dalam tingkat bahan
kimia yang dikenal sebagai sitokin dalam tubuh Anda, yang sangat merusak fungsi
otak.
Menurut sebuah penelitian yang
diterbitkan dalam Journal of Neuroscience, tampak tubuh Anda mungkin bereaksi
terhadap kelebihan lemak sebagai penyerang yang menyebabkan tingkat sitokin tetap
tinggi yang menyebabkan peradangan kronis.
Berolahraga tentu saja sebagai
sarana utama untuk menurunkan berat badan. Tapi juga merupakan cara yang
sederhana namun sangat ampuh untuk menurunkan kadar sitokin inflamasi, yang
akan membantu melindungi fungsi otak Anda.
Dan, sementara kurang tidur dapat
juga menyebabkan penyusutan otak, mereka yang berolahraga paling cenderung
memiliki paling sedikit penyusutan otak dari waktu ke waktu.
Tidak hanya itu saja, olahraga
benar-benar menyebabkan ukuran otak Anda tumbuh. Dalam sebuah penelitian, orang
dewasa yang berusia 60 tahun sampai 80 tahun yang berjalan selama 30 sampai 45
menit, tiga hari per minggu selama satu tahun, menunjukkan peningkatan dua
persen dalam volume hippocampus yakni daerah otak yang terkait dengan memori.
Ini adalah salah satu alasan juga
mungkin ide yang baik untuk mendapatkan tracker kebugaran dan memastikan Anda
berjalan sekitar 10.000 langkah sehari.
Kerusakan fungsi otak akibat
gula
Tidak mungkin untuk membahas
kesehatan otak tanpa melihat bahaya dari diet makanan yang berkadar gula tinggi
juga proses rendah lemak pada menu makanan. Bahkan, semakin banyak penelitian
menunjukkan ada hubungan yang kuat antara diet dan risiko terkena penyakit
Alzheimer, melalui jalur yang sama yang menyebabkan diabetes tipe 2.
Menurut beberapa ahli, seperti Dr
Ron Rosedale, Alzheimer dan gangguan otak yang lain mungkin sebagian besar
disebabkan oleh pembakaran konstan glukosa untuk bahan bakar otak Anda.
Hal ini mungkin terdengar
mengejutkan, tetapi bertentangan dengan kepercayaan populer, otak Anda tidak
memerlukan glukosa. Itu sebenarnya berfungsi untuk pembakaran yang lebih baik
dari keton yang membuat tubuh Anda lebih tanggap dalam mencerna lemak yang sehat.
Penelitian yang ke -22 kali juga
menunjukkan bahwa penderita diabetes tipe 2 akan lebih kehilangan volume otak
dengan usia yang diharapkan khususnya materi abu-abu. Tetapi penelitian yang ke
-23 kali dan terbaru menunjukkan bahwa gula dan karbohidrat lainnya dapat
mengganggu fungsi otak Anda, bahkan jika Anda tidak menderita penyakit diabetes
atau memiliki tanda-tanda demensia. Setelah mengevaluasi lebih dari 140
orang yang sehat, non-diabetes, orang lebih tua yang sehat, para peneliti
menyimpulkan bahwa kadar glukosa lebih tinggi yang berhubungan dengan memori
lebih buruk lagi, hippocampus yang lebih kecil, dan dikompromikan struktur
hipokampus.
Menurut rekan penulis studi Agnes
Flöel, "Memberikan bukti lebih lanjut terhadap glukosa yang mungkin secara
langsung berkontribusi terhadap atrofi hippocampal."
Memang, banyak bukti yang mendukung
gagasan bahwa secara signifikan mengurangi konsumsi fruktosa adalah langkah
yang sangat penting untuk mencegah penyakit Alzheimer. (theepochtimes/dr
mercolaanai/yant)







0 komentar:
Posting Komentar